
Jangan Curhat ke ChatGPT: Peringatan Serius dari CEO OpenAI soal Privasi Data
CEO OpenAI, Sam Altman, memperingatkan publik agar tidak sembarangan membagikan informasi pribadi ke ChatGPT karena tidak ada perlindungan.
KamiBijak.com, Berita - CEO OpenAI, Sam Altman, memberikan peringatan serius kepada publik mengenai bahaya membagikan informasi pribadi secara sembarangan ke ChatGPT. Dalam podcast The Logan Bartlett Show, Altman menekankan bahwa meskipun chatbot ini kian populer dan digunakan untuk berbagai keperluan harian, ia tidak dirancang sebagai tempat menyimpan rahasia atau menggantikan konsultasi profesional.
“Jangan beri tahu kami rahasia Anda. Kami tidak menginginkan data itu,” tegas Altman. Ia menyoroti tren mengkhawatirkan di mana banyak orang, terutama anak muda, mulai menjadikan ChatGPT sebagai teman curhat, terapis virtual, atau penasihat hidup. Altman mengingatkan bahwa tidak ada perlindungan hukum seperti dalam hubungan dokter-pasien atau pengacara-klien ketika seseorang berbicara dengan chatbot AI.
CEO OpenAI Sam Altman ingatkan pengguna untuk tidak asal percaya dengan jawaban dari chatbot AI ChatGPT.(YouTube/ OpenAI)
Altman juga menjelaskan bahwa dalam kasus hukum tertentu, informasi sensitif yang dimasukkan ke ChatGPT bisa saja diminta oleh pengadilan. “Jika Anda membicarakan hal sensitif dan ada gugatan, kami mungkin diwajibkan menyerahkan data tersebut,” ujarnya. Ini berarti bahwa data percakapan pengguna bisa digunakan dalam proses hukum, sesuatu yang jarang disadari banyak orang.
Meskipun OpenAI menyediakan fitur "Chat History Off" bagi pengguna berbayar agar data tidak disimpan atau digunakan untuk pelatihan model, perlindungan hukum tetap belum setara dengan layanan profesional. Banyak pengguna merasa bahwa interaksi mereka dengan ChatGPT bersifat privat, padahal pada kenyataannya tidak sepenuhnya aman dari risiko penyalahgunaan atau eksploitasi.
Jake Moore, analis keamanan siber dari ESET, menyatakan bahwa masyarakat perlu memahami bahwa AI seperti ChatGPT bukanlah pengganti konsultasi profesional yang dilindungi hukum. Ini penting karena lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan kini menggunakan ChatGPT, termasuk untuk membahas masalah keuangan, karier, hingga kesehatan mental.
Jennifer King, peneliti dari Stanford University, menambahkan bahwa meskipun ChatGPT terasa seperti ruang aman untuk berpikir atau meluapkan emosi, pengguna tetap harus sadar bahwa sistem ini adalah program komputer yang tidak memiliki kewajiban hukum untuk melindungi informasi pribadi.
Dalam menghadapi pesatnya pertumbuhan teknologi AI, pemerintah berbagai negara mulai menyusun regulasi, seperti AI Act di Uni Eropa dan berbagai rancangan undang-undang di Amerika Serikat. Namun, kemajuan hukum masih tertinggal jauh dibandingkan dengan perkembangan teknologinya.
Altman pun mengingatkan kembali bahwa tanggung jawab utama tetap berada di tangan pengguna. “Kami membangun sistem ini untuk membantu, bukan sebagai tempat menyimpan rahasia,” katanya. Dalam dunia digital yang semakin canggih, kehati-hatian dan kesadaran terhadap privasi menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. (Restu)
Sumber: Kompas
Video Terbaru




MOST VIEWED




