
Tempat Pengungsian Banjir Wajib Ramah Disabilitas dan Sesuai Standar WHO
Agar aman dan sehat, tempat pengungsian korban banjir harus memenuhi standar WHO, termasuk ruang khusus disabilitas dan kelompok rentan.
KamiBijak.com, Berita - Dalam situasi bencana seperti banjir, kebutuhan akan tempat pengungsian yang aman dan layak menjadi sangat penting. Namun, kerap kali tempat pengungsian belum sepenuhnya inklusif, khususnya bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, lansia, balita, dan ibu hamil. Menurut epidemiolog dan ahli kesehatan lingkungan, dr. Dicky Budiman, PhD., hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian serius sesuai dengan standar ketentuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Tempat pengungsian harus menyediakan ruang khusus bagi kelompok rentan. Selain itu, layanan dasar seperti tim medis, obat-obatan, dan skrining kesehatan juga wajib tersedia,” ungkap Dicky.
WHO menetapkan standar minimum untuk tempat pengungsian, termasuk ukuran area tidur yang ideal, yaitu 3,5 hingga 4,5 meter persegi per orang. Ukuran ini bertujuan menghindari tidur berhimpitan yang berisiko menularkan penyakit. Sirkulasi udara dan pencahayaan alami juga sangat penting guna mencegah penyebaran penyakit menular lewat udara.
Selain ruang tidur, fasilitas sanitasi juga menjadi sorotan. Toilet di lokasi pengungsian harus dipisah antara laki-laki dan perempuan dengan rasio satu toilet untuk setiap 20 orang. Tidak kalah penting, fasilitas cuci tangan dengan sabun dan sistem pembuangan air limbah yang layak harus tersedia.
Dicky menekankan bahwa korban banjir sangat rentan terhadap berbagai penyakit, seperti infeksi kulit, diare, hingga penyakit yang disebabkan oleh virus. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan selama berada di pengungsian.
Beberapa tips dari Dicky untuk menjaga kesehatan selama mengungsi meliputi:
- Menggunakan air bersih atau air matang untuk konsumsi
- Rutin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah ke toilet
- Tidur di atas alas kering dan memakai pakaian bersih
- Menghindari kontak langsung dengan air banjir
- Segera melapor ke petugas medis jika mengalami gejala seperti demam, diare, batuk, sesak napas, atau luka infeksi
Tak hanya itu, petugas dan pemerintah juga dianjurkan melakukan penyemprotan disinfektan serta larvasida di area pengungsian dan genangan air. Distribusi perlengkapan kebersihan seperti sabun, popok, pembalut, dan disinfektan juga harus dilakukan secara merata.
Langkah penting lain adalah menyediakan zona isolasi untuk menangani kasus dengan gejala penyakit menular. Edukasi tentang tanda-tanda penyakit yang perlu segera dilaporkan pun harus terus disampaikan kepada para pengungsi.
Menurut Dicky, banjir adalah bencana hidrometeorologi yang terjadi secara rutin dan memicu krisis kesehatan masyarakat jika tidak diantisipasi dengan baik. Mengingat prediksi cuaca ekstrem dari BMKG hingga Oktober mendatang, kesiapan pengelolaan pengungsian harus ditingkatkan secara sistemik dan berkelanjutan.
“Jika tidak ditangani dengan serius, banjir bisa memperburuk kondisi kelompok rentan dan membebani layanan kesehatan,” tegasnya. (Restu)
Sumber: Liputan6
Video Terbaru




MOST VIEWED




