BijakFun

Stroke Langka Tidak Membuat Berhenti Berkarya,Marisa Buktikan Disabilitas juga Bisa Menari

Alami stroke langka, Marisa Hamamoto buktikan disabilitas juga bisa menari.

797  views

KamiBijak.com, Hiburan – Marisa Hamamoto menderita stroke langka pada 2006 yang membuat ia menjadi lumpuh hampir seluruh tubuh. Selain itu juga Marisa mendapatkan perilaku rasisme, penghinaan terhadap tubuhnya, dan serangan seksual yang membuatnya depresi hingga didiagnosa menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).

Marisa Hamamoto sendiri merupakan penari keturunan Jepang Amerika. Namun akibat stroke yang dialaminya membuat Marisa harus meninggalkan dunia tari sepenuhnya selama hampir empat tahun. Marisa berkata, "Saya takut menari dan takut berada di hadapan orang-orang. Saya mengalami mimpi buruk dari seluruh kelumpuhan yang terjadi."

Selama menjalani perawatan, Marisa pun menghabiskan banyak waktu di atas kursi roda. Namun pesta liburan yang menampilkan penari salsa justru menjadi momen Marisa untuk kembali ke dunia tari. Ia menemukan dunia tari dari atas kursi roda.

Dari momen itu Marisa pun sadar bahwa dunia tari belum cukup adil bagi disabilitas. Sementara, penelitian menyebut 1 dari 4 orang di dunia mengalami disabilitas. Marisa pun akhirnya menghubungi Adelfo Cerame Jr, seorang binaragawan kursi roda untuk mengajaknya mencoba berdansa. Setelah sesi berjam-jam, tarian yang mereka buat sama sekali tidak mendiskriminasi disabilitas. Marisa menemukan tarian bagi mereka yang merupakan seorang disabilitas.

Pada 2015, Marisa membentuk Infinite Flow, sebuah grup tari asal Los Angeles yang mempekerjakan penari dari berbagai kalangan. Marisa Berkata, "Kami mengubah narasi seputar disabilitas dan keragaman. Kami menggunakan tarian sebagai cara untuk membongkar stereotip."

Marisa dan tim membongkar mekanisme koreografi yang memungkinkan teman-teman disabilitas dapat tetap menari dengan mudah. Berkat kerja kerasnya, Infinite Flow telah tampil di sejumlah acara penting yang membuka mata masyarakat akan kesempatan yang lebih besar bagi seorang disabilitas. Pengalaman ini juga membantu Marisa untuk bersuara menentang diskriminasi terhadap rekan-rekannya yang merupakan keturunan Asia-Amerika. Marisa terus melakukan eksplorasi dan pembelajaran yang lebih baik. Sebagai seorang perempuan, Marisa yakin bisa menjadi agen perubahan yang lebih baik jika ia tahu apa yang benar untuk dibela. (Zeva/MG)

Sumber: fimela.com

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share.
 
Follow kami juga di sini:
 

Terima kasih sudah menonton.

Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.