
Beras Oplosan Dikemas Ulang Menjadi Beras SPHP Bulog, Apa Dampaknya?
Kembali terungkap modus operasi oplosan beras dengan cara pelaku mencampur beras medium dengan beras berkualitas buruk atau rejet.
KamiBijak.com, Berita - Reskrimus Polda Riau mengungkap penemuan dua modus operasi oplosan beras dengan cara pelaku mencampur beras medium dengan beras berkualitas buruk atau reject kemudian beras tersebut dikemas ulang menjadi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
Pelaku membeli beras murah dan mengemas ulang dalam karung bermerek premium contohnya seperti Aira, Family, Anak Dara Merah dan Kuriak Kusuik untuk menipu para konsumen.
Tersangka diduga membeli dua jenis beras bagus dan kualitas rendah di daerah Kabupaten Pelalawan. Untuk beras dengan kualitas bagus dibeli dengan harga Rp11.000 per kg. Sedangkan untuk beras dengan kualitas rendah dibeli Rp 6.000 per kg. Tersangka berinisial R membeli beras tersebut dari seseorang berinisial S.
Barang bukti temuan yang disita meliputi 79 karung beras SPHP oplosan, 4 karung bermerek premium yang berisi beras rendah, 18 karung kosong SPHP, timbangan digital, mesin jahit, serta benang jahit.
Peneliti dari Centre of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menilai dampak dari pengoplosan beras kualitas rendah menjadi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog dapat mengganggu program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan.
CORE menilai, kejadian ini sangat merugikan negara karena menggagalkan misi utama program subsidi pangan untuk membantu masyarakat dengan pendapatan rendah untuk keluar dari jerat kemiskinan.
“Ini merugikan negara dan juga konsumen kalangan menengah kebawah. Negara mengalami kerugian karena programnya tidak efektif untuk mengurangi kemiskinan,” ungkap Eliza.
Padahal program SPHP awalnya dirancang sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat miskin terhadap bahan pangan pokok, namun adanya praktik oplosan ini membuat beras murah menjadi sulit diakses oleh penerima manfaat yang sebenarnya.
Terkait dengan kasus dugaan pengoplosan beras kualitas rendah (reject) yang dikemas menjadi SPHP dan dijual seharga Rp 13.000 per kg oleh satu oknum berinisial R di Riau yang berhasil terungkap pada Kamis (24/7) lalu, Eliza menekankan bahwa tindakan tersangka sebenarnya telah mengambil alih porsi subsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarga miskin.
Akibatnya, banyak keluarga miskin tidak mendapat beras SPHP sesuai dengan harga dan kualitas yang ditetapkan, sehingga akhirnya terpaksa membeli beras mahal yang menggerus belanja mereka untuk kebutuhan pokok lainnya.
“Konsumen rugi karena SPHP ini kan standarnya lebih bagus dari pada (beras) ‘reject’ (kualitas buruk). Dan beras SPHP murah karena disubsidi pemerintah,” ucap Eliza dikutip Antara. (Irene)
Sumber : merahputih.com
Video Terbaru




MOST VIEWED




