Berita

Disabilitas Lulusan Australia Beri Solusi untuk Aksesibilitas Transportasi yang Belum Tepat

Kendati banyak aksesibilitas transportasi umum yang belum berfungsi maksimal dan tepat guna bagi penyandang disabilitas, harapan tetap ada.

KamiBijak.com, Berita - Aksesibilitas pada transportasi umum adalah salah satu bentuk aksesibilitas yang sangat dibutuhkan oleh penyandang disabilitas untuk membantu dalam kehidupannya sehari-hari.

Meskipun di beberapa daerah Indonesia sudah cukup banyak moda transportasi yang menyediakan akses bagi para penumpang berkebutuhan khusus, namun transportasi publik masih kerap tidak dapat digunakan oleh penumpang disabilitas.

Seorang penyandang disabilitas Indonesia alumni universitas di Australia, yang juga tergabung dalam forum kajian inklusifitas dari dan oleh penyandang disabilitas untuk dunia umum, ‘Gerakan Literasi Inklusi’ (Gelitik) mencatat, setidaknya terdapat beberapa masalah yang membuat aksesibilitas di transportasi umum tidak berfungsi sesuai target.

Pertama, infrastruktur yang ada tidak aksesibel dan sumber daya manusia yang belum memiliki perspektif inklusi.

"Hambatan terbesar terletak pada infrastruktur yang tidak aksesibel dan sumber daya manusia yang belum memiliki perspektif inklusi, meski begitu, harapan tetap ada," kata Arya Yoga Rudhita, alumni University of Queensland dan anggota Tim Inklusi Kementerian Perhubungan, dalam siaran pers yang diterima Tempo, Senin, 23 Juni 2025.

Kedua, adanya stigma atau pandangan dari petugas layanan dan penumpang lain yang sering menganggap keberadaan penumpang disabilitas sebagai beban saat menggunakan transportasi umum. Seperti yang dikatakan oleh Richard Keneddy, alumni Flinders University yang menjadi moderator dalam talk show Gelitik edisi perdana.

"Bahkan ada seorang pegawai disabilitas yang bekerja di bidang transportasi publik justru mengalami diskriminasi dalam sektor dimana dia berkontribusi," kata Richard. Dia mengatakan, saat menggunakan transportasi publik pegawai itu sering tidak mendapatkan bantuan yang layak dari pengemudi bus dan malah justru mendapatkan komentar menyakitkan dari sesama penumpang.

Ketiga, kemajuan teknologi transportasi digital bukannya membantu disabilitas dalam mengakses transportasi umum, namun malah menjadi beban dan pengampu yang tidak berfungsi bagi pengguna disabilitas.

"Kemajuan teknologi transportasi digital yang sejatinya membuka akses mobilitas, malah tetap menyisakan hambatan karena desain aplikasinya yang mengabaikan prinsip inklusivitas," kata Suryandaru, peneliti hak penyandang disabilitas yang merupakan alumni Disability Policy dari Flinders University.

Oleh sebab itu, Tim Inklusi Kementerian Perhubungan yang dibentuk sejak 2023 telah menyusun modul penting infrastruktur dan layanan transportasi yang ramah disabilitas, serta membuka kanal pengaduan bagi masyarakat.

Selain itu, Tim Inklusi juga sudah berdiskusi dengan para pengampu kepentingan di meja perencana transportasi di sejumlah daerah, untuk membahas dan menetapkan aturan mengenai infrastruktur dan layanan transportasi umum yang tepat guna bagi penumpang disabilitas.

Sayangnya, skema ini belum sepenuhnya menjangkau sebagian besar provinsi, kabupaten, dan kota karena adanya keterbatasan personal dan mandat. Solusinya, diperlukan aksi lanjutan dari pemerintah daerah berupa replikasi yang menyalin dan menyesuaikan model Tim Inklusi.

"Hal ini agar aksesibilitas dalam transportasi umum tepat sasaran dan berfungsi maksimal bagi penumpang disabilitas serta benar merata di seluruh Indonesia," kata Arya Yoga. (Irene)

Sumber : tempo.co