BijakFun

Dhani, Dokter Gigi Disabilitas Lulusan Unpad, Hingga Raih LPDP di Jerman

Kisah Dhani, kejar mimpi jadi dokter gigi dengan satu kaki hingga raih LPDP di Jerman.

811  views

KamiBijak.com, Hiburan – Mochamad Nur Ramadhani sama sekali tidak menghalanginya untuk meraih mimpi untuk menempuh pendidikan tinggi dan menjadi dokter gigi. Semangat belajar Mochamad Nur Ramadhani tidak goyah sedikitpun. Meski kehilangan kaki di usia remaja, ia membuktikan dirinya mampu untuk meraih cita-cita.

Dhani merupakan merupakan seorang dokter gigi yang menempuh pendidikan Magister di Jerman lewat Beasiswa LPDP. Sehari-hari, ia berjalan menggunakan satu kaki palsu atau prostesis. Dhani membuktikan bahwa ia bisa terus melaju menjalani kehidupan dan karirnya yang cemerlang.

Kehidupan masa kecil Dhani dihabiskan di Jerman mengikuti ayahnya yang sedang bertugas. Dhani kecil gemar sekali bermain sepak bola selama di sana. Hari-hari pria kelahiran Bandung saat luang banyak diisi dengan memainkan si kulit bundar. Saat menduduki bangku kelas tujuh, Dhani pulang ke Indonesia seiring dengan selesainya tugas ayah di Negeri Panzer. Namun, sesuatu yang tidak diduga dalam diri Dhani.

Dhani remaja divonis menderita kanker tulang setelah setahun tinggal di Indonesia. Meski tak mengetahui pasti penyebabnya, ia menduga jika seringnya aktivitas fisik dan benturan, iklim yang berbeda, atau mutasi gen disinyalir menjadi pemicu kanker tulang di kakinya.

“Karena kalau misalkan diamputasi, mungkin aktivitas akan terbatas. Tapi, saya yakin menyelamatkan satu nyawa ya, ini (kaki) nanti akan bisa digantikan dibandingkan kita harus mempertahankan satu kaki dan belum tentu terselamatkan juga sehingga memutuskan untuk diamputasi,” tutur Dhani dikutip dari laman lpdp.kemenkeu.go.id, Jumat, 20 Oktober 2023.

Pada akhirnya di tahun 2008, Dhani harus berpisah dengan kaki kanannya. Selepas operasi itu, ia rutin menjalani kemoterapi untuk memastikan sel kanker benar-benar lenyap.

Kondisi tubuh Dhani pasca amputasi masih sangat ringkih karena efek serangan kanker sebelumnya. Berdiri saja tidak bisa dan ke mana-mana harus menggunakan kursi roda.

"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat," jelasnya.

Walaupun masih beradaptasi dengan kehidupan barunya, Dhani terus mendulang prestasi. Ia meraih nilai tertinggi di bangku SMA dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan.

Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil. Dhani juga mendapat tantangan baru saat memilih perguruan tinggi. Saat itu, banyak kampus yang mensyaratkan mahasiswanya tidak boleh disabilitas daksa. Sampai akhirnya ia memilih Universitas Padjadjaran (Unpad) yang tak mempermasalahkan disabilitas daksa untuk mengenyam pendidikan dokter gigi.

Dia diberi tahu menyelesaikan studi kedokteran dengan status disabilitas daksa bukan hal mudah. Kakak tingkatnya yang disabilitas daksa menggunakan kursi roda ada yang menyerah dan tak bisa menyelesaikan studi. Hal itu justru menambah lecutan pada diri Dhani agar kampus tak perlu mengkhawatirkan kemampuannya untuk merampungkan pendidikan dokter gigi.

Dhani yang berjalan dengan tongkat ini berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018. Ia kemudian bekerja di klinik dokter gigi dan Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara. Saat itu, Dhani juga mulai menggunakan kaki palsu atau prostesis untuk lebih mempermudah aktivitasnya.

Pernah hidup selama tujuh tahun di Jerman saat masa kecil ternyata begitu membekas dalam benak Dhani. Keinginannya untuk ke Jerman terbuka manakala beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan memfasilitasi disabilitas. Dhani menyasar Humboldt Universitaet di Berlin, Jerman dan mengambil International Health.

"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu,"ungkap Dhani. 

Lewat jalur afirmasi beasiswa LPDP jalan Dhani terbuka meraih impiannya kembali ke Jerman. "Proses sangat dimudahkan oleh LPDP dari segi aksesibilitas fisik,"tambahnya.

Singkatnya, Dhani mendapat beasiswa LPDP dan mulai berkuliah di Jerman pada 2020 dan berhasil meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun setelahnya. Pulang ke Indonesia, jalan karier Dhani ternyata mengikuti ayahnya, yaitu sebagai abdi negara. Dhani hingga saat ini tercatat bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Perjalanan Dhani dapat menjadi salah satu contoh inspirasi sekaligus motivasi terutama bagi teman disabilitas. Bahwa keterbatasan fisik tak selalu membatasi semangat dan cita-cita untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Dhani berpesan kepada teman disabilitas agar semangat meraih mimpi. Ia mengingatkan masih banyak peluang yang belum dicoba.

“Pesan saya untuk teman-teman disabilitas yang ada di seluruh Indonesia, baik yang sudah dewasa maupun yang saat ini masih usia anak-anak, saya berpesan bahwa di dunia ini banyak sekali kesempatan kita untuk berprestasi, melakukan ibadah, beramal berkreasi, berprestasi membanggakan orang tua membanggakan keluarga membanggakan negara,” tutup Dhani. (Rafly/MG)

Sumber: medcom.id

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share.
 
Follow kami juga di sini:
 
 
Terima kasih sudah menonton.
 
Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.