
Ancaman Tambang Nikel di Raja Ampat: Eksploitasi yang Menggerus Surga Dunia
Pulau-pulau kecil di kawasan Geopark Global UNESCO ini menghadapi krisis lingkungan dan sosial akibat aktivitas pertambangan ilegal dan merusak.
KamiBijak.com, Travel - Raja Ampat, gugusan pulau eksotis di Papua Barat Daya, telah lama dikenal sebagai surga bawah laut dunia. Namun, di balik keindahannya, kawasan yang ditetapkan sebagai Geopark Global oleh UNESCO pada September 2023 ini tengah menghadapi ancaman serius: eksploitasi tambang nikel.
Kawasan ini seharusnya dijaga ketat sebagai wilayah konservasi, terutama karena terdiri dari pulau-pulau kecil dengan luas kurang dari 2.000 km². Sayangnya, aktivitas pertambangan justru marak di area yang seharusnya dilindungi, bertentangan dengan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pulau-Pulau yang Terdampak
Setidaknya lima pulau di Raja Ampat teridentifikasi sebagai lokasi pertambangan nikel, meskipun sebagian sudah mencabut izin operasionalnya.
- Pulau Gag (65 km²)
Dikelola oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam. Tambang seluas hampir 188 hektare beroperasi di kawasan hutan lindung, dan izinnya masih aktif meskipun menuai kritik. - Pulau Kawei (45,6 km²)
Dulu dikelola oleh PT Kawei Sejahtera Mining. Saat ini, izinnya sudah dicabut, namun kerusakan yang ditinggalkan tak bisa diabaikan. - Pulau Manuran (7,46 km²)
PT Anugerah Surya Pratama (ASP) memiliki izin tambang dan lingkungan, tetapi gagal mengelola limbah dengan baik hingga mencemari lingkungan sekitar. - Pulau Batang Pele dan Manyaifun
Tambang dijalankan oleh PT Mulia Raymond Perkasa tanpa memiliki izin legal. Aktivitas eksplorasi tetap berlangsung, mengindikasikan potensi pengeboran besar-besaran di masa depan. - Pulau Waigeo (3.155 km²)
Sebagai pulau terbesar di Raja Ampat, Waigeo adalah Kawasan Suaka Alam. Namun, PT ASP tetap melakukan eksplorasi sebelum akhirnya izinnya dicabut.
Pesona Wisata Raja Ampat, Papua. (Foto : Dok My Bali Trips)
Dampak Lingkungan dan Sosial
Kehadiran tambang nikel tidak hanya menggerus lanskap Raja Ampat, tetapi juga membawa dampak serius bagi ekosistem dan masyarakat setempat.
- Hilangnya Mata Pencaharian
Mayoritas warga menggantungkan hidup pada laut. Kerusakan ekosistem laut akibat sedimentasi dan pencemaran menurunkan hasil tangkapan ikan, membuat nelayan kehilangan sumber penghasilan. - Krisis Air Bersih
Hutan di pulau-pulau kecil menjadi sumber air utama. Ketika hutan dibabat, akses terhadap air bersih pun ikut lenyap, mempersulit kehidupan warga. - Ancaman Abrasi dan Pendangkalan
Eksploitasi tanah meningkatkan risiko abrasi pantai dan sedimentasi. Pulau-pulau kecil pun terancam tenggelam seiring hilangnya vegetasi pelindung. - Ketidakseimbangan Ekologis
Dengan rusaknya hutan dan laut, daya dukung lingkungan menurun drastis. Bencana alam dan krisis penghidupan menjadi konsekuensi yang harus ditanggung masyarakat lokal.
Eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat tidak hanya bertentangan dengan hukum, tapi juga mengancam masa depan salah satu ekosistem laut terkaya di dunia. Langkah tegas diperlukan dari semua pihak. Pemerintah, masyarakat, dan komunitas internasional untuk memastikan kawasan ini tetap lestari dan tidak berubah menjadi kenangan pahit. (Restu)
Sumber : Detik
Video Terbaru




MOST VIEWED




