
Upaya Eliminasi Kanker Serviks di Indonesia: Vaksinasi dan Skrining Jadi Kunci Pencegahan
Melalui vaksinasi HPV dan skrining dini, Kemenkes menargetkan eliminasi kanker serviks pada 2030. Simak strategi dan tantangan pelaksanaannya.
KamiBijak.com, Berita - Kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), menempati posisi kedua sebagai jenis kanker terbanyak yang menyerang perempuan di Indonesia. Meski begitu, kabar baiknya, kanker ini dapat dicegah melalui vaksinasi dan deteksi dini.
Kesadaran akan pentingnya pencegahan ini terus digaungkan oleh pemerintah melalui program Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Serviks yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2022. Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kejadian kanker serviks secara signifikan melalui langkah preventif dan promotif.
Menurut Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, RAN memiliki target ambisius: pada tahun 2030, diharapkan 75 persen perempuan usia 30–69 tahun sudah menjalani skrining, dan 90 persen anak perempuan di bawah usia 15 tahun telah menerima vaksin HPV.
Hal ini disampaikan dalam konferensi pers bertajuk “Reafirmasi Komitmen Eliminasi Kanker Serviks” yang digelar oleh IEKI dan APAC WCC di Jakarta pada 24 April 2025. Dalam acara tersebut, Siti menegaskan bahwa deteksi dan penanganan dini adalah kunci. “Semakin cepat kanker serviks ditemukan, semakin tinggi tingkat kesembuhannya,” ujarnya.
(ki-ka) Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia, Prof. Dr. dr. Aryati, dan Country Director Jhpiego Indonesia, Maryjane Lacoste. (Foto: Dok Kumparan)
Upaya yang sudah dilakukan meliputi peningkatan cakupan vaksinasi, penyediaan layanan skrining menggunakan metode tes DNA HPV dan IVA, hingga peningkatan akses terhadap pengobatan. Fokus saat ini adalah menjangkau perempuan di 26 kabupaten dan 15 provinsi, terutama mereka yang aktif secara seksual dan berisiko terpapar HPV.
Meski demikian, masih ada tantangan besar yang dihadapi. Keterbatasan fasilitas kesehatan, keterampilan tenaga medis, dan kesenjangan akses layanan menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan program. Prof. Dr. dr. Aryati dari PDS PatKLIn menekankan pentingnya kualitas tes diagnostik yang akurat dan andal agar skrining berjalan efektif. Ia mengingatkan bahwa penanganan di stadium awal bisa memperpanjang harapan hidup hingga 20 tahun, sedangkan jika terdeteksi di stadium lanjut, peluang sembuh sangat kecil.
Untuk mempercepat pencapaian target, Kemenkes bekerja sama dengan Roche Indonesia dan Jhpiego Indonesia dalam proyek percontohan di Jawa Timur. Proyek ini menyasar 5.500 perempuan di Surabaya dan 1.300 di Sidoarjo. Menurut Maryjane Lacoste, Direktur Jhpiego Indonesia, proyek ini tidak hanya fokus pada pelaksanaan skrining, tetapi juga pada pelatihan tenaga medis, kesiapan fasilitas, serta sistem pencatatan data yang terintegrasi.
Inisiatif ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat sistem kesehatan Indonesia agar lebih siap mendeteksi dan menangani kanker serviks. Masyarakat juga diajak untuk memanfaatkan layanan skrining HPV gratis yang tersedia di Puskesmas, terutama saat ulang tahun, sebagai momen penting menjaga kesehatan diri. (Restu)
Sumber: Kumparan.
Video Terbaru




MOST VIEWED




