
Stroke di Usia Muda: Fakta, Gejala, dan Cara Mencegahnya
Ketahui penyebab, gejala awal, dan langkah pencegahan stroke di bawah usia 40 tahun dalam artikel ini.
KamiBijak.com, Kuliner - Masih muda tapi terkena stroke? Pertanyaan ini sering muncul saat seseorang berusia di bawah 40 tahun mengalami serangan stroke. Menurut dr. Noviyanti Sp.GK dari RS EMC Cikarang, stroke kini tak lagi terbatas pada lansia. Data PUSDATIN Kemenkes tahun 2018 mencatat bahwa 2,8% kasus stroke terjadi pada usia 25–34 tahun, dan 6,9% pada usia 35–44 tahun.
Stroke terbagi menjadi dua jenis utama: stroke iskemik, akibat sumbatan pembuluh darah oleh gumpalan, dan stroke hemoragik, akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Ada juga Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke ringan, yang meski gejalanya singkat, menjadi sinyal serius risiko stroke di masa depan.
Gejala stroke kerap muncul tiba-tiba dan bisa sangat bervariasi, tergantung area otak yang terdampak. Gejala umum meliputi:
- Mati rasa atau lemas di satu sisi tubuh
- Gangguan bicara atau kesulitan memahami pembicaraan
- Gangguan penglihatan
- Sakit kepala mendadak dan parah
- Kehilangan keseimbangan atau koordinasi
Tanda-tanda lain termasuk senyum tidak simetris, bicara cadel, dan kesulitan mengangkat kedua lengan. Mengenali gejala ini penting agar segera mendapat pertolongan medis.
Banyak faktor risiko stroke bisa dikendalikan. Di antaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, obesitas, dan gaya hidup tidak aktif. Menjaga tekanan darah tetap normal sangat penting karena hipertensi merupakan penyebab utama stroke.
Sudah makan tiga obat yang diberikan dokter tapi hipertensi tetap tak terkontrol. Bisa jadi itu merupakan hipertensi resisten.
(Foto: Dok Liputan6)
Penyakit jantung, khususnya fibrilasi atrium, juga meningkatkan risiko stroke karena dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah yang kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.
Pola makan turut memengaruhi risiko stroke. Dr. Noviyanti menyarankan untuk menghindari konsumsi karbohidrat dan gula berlebihan. Makanan tinggi gula dan garam dapat memperburuk kondisi seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, yang semuanya menjadi pemicu stroke.
WHO merekomendasikan batas konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram (sekitar 4 sendok makan), dan garam tidak lebih dari 5 gram (1 sendok teh). Konsumsi di bawah 2 gram natrium per hari bahkan bisa menurunkan tekanan darah secara signifikan.
Untuk mengurangi risiko, batasi konsumsi minuman manis kemasan, makanan olahan, dan makanan cepat saji. Gantilah dengan makanan alami seperti buah segar, sayuran, dan biji-bijian utuh. Gunakan rempah alami sebagai pengganti garam dan selalu periksa label nutrisi pada makanan kemasan.
Kesimpulannya, stroke bukan lagi penyakit usia tua. Gaya hidup sehat, pola makan seimbang, dan kontrol terhadap faktor risiko sangat penting untuk mencegah stroke, terutama bagi generasi muda. (Restu)
Sumber : Liputan6
Video Terbaru




MOST VIEWED




