Berita

Prediksi Bill Gates Tepat! Agent Hospital, Rumah Sakit AI Pertama di Dunia

Universitas Tsinghua China meluncurkan Agent Hospital, rumah sakit AI pertama di dunia.

KamiBijak.com, Berita - Prediksi visioner Bill Gates mengenai masa depan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kesehatan mulai terbukti. Pada 26 April 2025, Universitas Tsinghua di China secara resmi meluncurkan Agent Hospital, rumah sakit berbasis AI pertama di dunia. Inovasi ini menandai langkah besar dalam transformasi layanan kesehatan global dengan menghadirkan teknologi AI ke dalam sistem medis secara menyeluruh.

Agent Hospital beroperasi dengan dukungan 42 dokter AI yang dikembangkan menggunakan model bahasa besar (Large Language Model/LLM) GPT-3.5, teknologi yang juga menjadi dasar ChatGPT. Dalam fase uji coba internal, para dokter AI ini menunjukkan performa luar biasa: 88% akurasi dalam pemeriksaan, 95,6% dalam diagnosis, serta 77,6% dalam memberikan rekomendasi pengobatan. Mereka mampu menangani puluhan ribu kasus medis hanya dalam hitungan hari, sesuatu yang sebelumnya sulit dicapai oleh tenaga medis manusia dalam waktu singkat.

Langkah ini selaras dengan prediksi Bill Gates yang menyatakan bahwa AI akan merevolusi industri kesehatan dalam dekade ini. Gates memperkirakan bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi sektor medis dan farmasi hingga USD 370 miliar, terutama dalam otomatisasi proses seperti pencatatan medis, penagihan, dan diagnosa awal.

Proyek Agent Hospital merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Tsinghua dan Rumah Sakit Beijing Tsinghua Changgung, beserta jaringan rumah sakit internet afiliasinya. Pada tahap awal, layanan AI akan difokuskan pada bidang praktek umum, oftalmologi, radiologi, dan perawatan pernapasan. Ke depannya, Tsinghua berambisi mengembangkan model ini menjadi ekosistem terpadu yang mencakup AI, kesehatan, pendidikan, dan penelitian. Tujuannya adalah memperluas jangkauan pelayanan medis, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini kekurangan akses layanan kesehatan.

Layanan Medis dengan teknologi AI. (Foto : Dok The Doctorpreneur Academy)

 

Meski AI menawarkan efisiensi tinggi, para ahli mengingatkan bahwa peran manusia tetap esensial dalam pelayanan kesehatan. Interaksi emosional, empati, serta keputusan kompleks yang mempertimbangkan konteks sosial pasien masih belum bisa sepenuhnya digantikan oleh mesin. Oleh karena itu, Tsinghua juga menggagas pelatihan untuk mencetak “dokter kolaboratif AI”, yaitu tenaga medis yang mampu bekerja berdampingan dengan sistem AI dalam lingkungan klinis.

Model kolaboratif ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan dokter umum, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil. Selain memperkuat efisiensi pelayanan, pendekatan ini juga membuka potensi pemanfaatan AI secara etis dan bertanggung jawab di bidang medis.

Kemajuan ini sekaligus menjadi refleksi penting bagi sektor kesehatan di Indonesia. Di tengah banyaknya persoalan seperti kasus malpraktik, bullying terhadap dokter muda, serta pelecehan seksual oleh tenaga medis yang baru-baru ini disorot oleh Menteri Kesehatan dalam rapat dengan DPR RI. Penerapan teknologi seperti AI seharusnya menjadi pemacu perbaikan sistemik. Inovasi digital bisa menjadi solusi strategis, namun tetap harus diiringi dengan reformasi etika dan profesionalisme tenaga medis. (Restu)

Sumber: bacaini.id