Kuliner

Manfaat Kaldu Tulang untuk Kulit dan Pencernaan: Fakta atau Hype?

Kaldu tulang populer di kalangan pecinta gaya hidup sehat karena dianggap baik untuk kulit dan pencernaan.

KamiBijak.com, Kuliner - Dalam beberapa waktu terakhir, kaldu tulang menjadi perbincangan hangat di kalangan penggiat hidup sehat. Banyak orang mengklaim bahwa rutin mengonsumsi kaldu tulang dapat memberikan manfaat besar untuk kesehatan kulit, memperbaiki pencernaan, hingga meningkatkan asupan protein harian. Namun, benarkah semua klaim ini terbukti secara ilmiah?

Kaldu tulang merupakan cairan hasil perebusan tulang hewan, seperti sapi atau ayam, dalam waktu lama. Biasanya, rebusan ini ditambahkan bumbu dan rempah untuk menambah rasa. Proses perebusan yang lama menyebabkan kolagen dan nutrisi lain dari tulang larut ke dalam air, menghasilkan kaldu yang lebih kental dan kaya rasa dibandingkan kaldu biasa.

Ketika didinginkan, kaldu tulang biasanya berubah menjadi gelatin, yang menunjukkan tingginya kandungan kolagen. Kolagen sendiri adalah protein penting yang berperan dalam menjaga elastisitas kulit dan mencegah tanda-tanda penuaan.


Menurut ahli gizi Lisa Moskovitz, konsumsi kolagen dari makanan, termasuk dari kaldu tulang, bisa membantu memperlambat proses penuaan dan memperbaiki tekstur serta warna kulit. Namun, ia juga mencatat bahwa kandungan kolagen dalam kaldu buatan rumah maupun produk jadi sering kali tidak dapat diukur secara pasti. Bahkan, sebuah studi pada tahun 2019 menyebutkan bahwa suplemen kolagen lebih efektif dibandingkan kaldu tulang dalam memberikan asupan kolagen.

Selain kolagen, kaldu tulang juga mengandung asam amino penting, seperti glisin dan prolin, yang dibutuhkan untuk regenerasi jaringan tubuh, termasuk kulit dan organ pencernaan. Namun, asam amino ini juga bisa diperoleh dari berbagai sumber makanan lain, seperti daging, ikan, dan telur.


Dalam satu cangkir kaldu tulang, umumnya terdapat sekitar 9 gram protein, tergantung resep dan cara pengolahannya. Meski bisa menambah asupan protein harian, kaldu tulang bukanlah sumber protein lengkap karena tidak mengandung semua asam amino esensial. Ahli gizi Kathleen Garcia-Benson menyarankan agar kaldu tulang tidak dijadikan sumber utama protein dalam pola makan.


Tidak ada waktu khusus yang paling ideal untuk mengonsumsi kaldu tulang. Di pagi hari, kaldu dapat membantu rehidrasi tubuh, sementara di malam hari bisa memberikan efek menenangkan. Yang terpenting adalah konsistensi dan tidak mengandalkannya sebagai pengganti makanan lengkap.


Beberapa produk kaldu tulang kemasan mengandung natrium tinggi, yang bisa berdampak negatif bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan label nutrisi dan membatasi konsumsinya jika perlu.


Kaldu tulang memang memiliki manfaat kesehatan berkat kandungan kolagen, asam amino, dan proteinnya. Namun, ia sebaiknya dijadikan pelengkap dalam pola makan seimbang, bukan sebagai sumber utama nutrisi. (Restu)

Sumber : Detik