Berita

Panduan Lengkap untuk Menangani Limbah Kurban dengan Aman dan Ramah Lingkungan

Cara untuk menangani limbah kurban dengan aman dan ramah lingkungan untuk cegah penyebaran penyakit.

KamiBijak.com, Berita - Pemerintah provinsi DKI Jakarta senantiasa mengimbau masyarakat untuk bisa menerapkan metode penanganan limbah cair dan padat hewan kurban yang aman serta ramah lingkungan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar pencegahan penyebaran penyakit bisa dilakukan dan bisa untuk menjaga kebersihan lingkungan selama perayaan Idul Adha.

Analis Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Ria Triany, memaparkan fakta bahwa limbah cair berupa darah hewan kurban dapat dikubur dalam lubang tanah yang kedap air. Ukuran lubang juga dapat disesuaikan dengan perkiraan volume darah, yaitu sekitar 60 mililiter per kilogram bobot hewan.

Contohnya, untuk 10 ekor sapi dengan bobot masing-masing 500kg, volume darah yang mungkin dihasilkan diperkirakan bisa mencapai 0,3 meter kubik. Untuk volume darah sedemikian, lubang penampungan minimal 0,3 meter kubik dapat didesain dengan ukuran 1,2 meter (kedalaman), 0,5 meter (panjang), dan 0,5 meter (lebar).

“Setelah diisi, limbah tersebut perlu diberi disinfektan seperti tablet klorin atau kapur tohor,” kata Ria Triany, Kamis (22/5).

Selain darah, air bekas untuk mencuci daging juga harus ditampung dalam tangki septik (septic tank) yang sengaja didesain agar tidak merembes dan memiliki jarak aman dari saluran pembuangan air pada umumnya. Air ini juga perlu ditambahkan dengan disinfektan.

Jika perlu alternatif lain, bisa mengolahnya dengan menggunakan metode “Maggot Black Soldier Fly” atau lalat tentara hitam, yaitu sebuah proses pengolahan sampah dengan maggot.

Namun, perlu diperhatikan apabila jumlah hewan kurban banyak dan lokasi tidak memadai, sisa tubuh hewan harus diperlakukan layaknya limbah padat organik khusus karena bisa berpotensi mengandung patogen.

Limbah ini wajib dipisahkan juga dari sampah organik biasa dan sampah non-organik, kemudian “dimusnahkan melalui proses insinerasi (dibakar),” ujar Ria.

Terakhir, konsumsi makanan saat kurban juga perlu untuk dikelola agar tidak menambah timbunan sampah. Ria menyarankan agar masyarakat bisa memasak sesuai kebutuhan dan menerapkan konsep prasmanan agar bisa mengambil secukupnya, sehingga dapat mencegah terjadinya sisa makanan berlebih. (Irene)

Sumber : merahputih.com