Hiburan

Kerap Dianggap Sama, Berikut Perbedaan Disabilitas dan Difabel yang Perlu Anda Ketahui

Jika selama ini Anda mengira bahwa disabilitas dan difabel merupakan hal yang sama, baca artikel berikut untuk mengetahui perbedaannya.

KamiBijak.com, Edukasi - Tidak dipungkiri bahwa selama ini masih ada beberapa orang yang belum benar-benar paham tentang arti kata difabel dan disabilitas. Perlu Anda ketahui, masing-masing istilah yang berkaitan dengan ketidakmampuan seseorang seperti difabel, disabilitas, dan cacat ini ternyata memiliki sejarah yang berbeda.

Mengenal Arti Kata Cacat

Perkembangan definisi dari istilah disabilitas, kecacatan, dan orang cacat bermula sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Sejak saat itu, istilah cacat mulai sering digunakan dalam undang-undang serta literatur (bacaan).

Cacat disini berawal dari anggapan masyarakat yang secara nyata melihat kecacatan fisik yang diakibatkan oleh dosa (baik dosa dari orang tua maupun diri sendiri). Kecacatan ini bisa juga terjadi akibat roh jahat.

Berdasarkan penjelasan dalam tulisan jurnal Disability terminology dan the emergence of ‘diffability’ in Indonesia, Pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan istilah baru pada tahun 1954. Istilah ini kemudian dipakai untuk menggambarkan kondisi seseorang yang punya kekurangan jasmani atau rohani.

Perubahan ini terjadi karena masa rezim Soekarno dipengaruhi oleh budaya Jawa. oleh sebab itu, istilah diperhalus contohnya seperti dari istilah gelandangan diganti dengan tuna wisma. Akan tetapi, penggunaan kata cacat masih tetap menunjukkan adanya stigma negatif meskipun sudah dilakukan adanya perubahan istilah.

Munculnya Istilah Difabel

Istilah difabel diciptakan oleh Mansour Fakih, seorang aktivis sosial di Indonesia. Istilah difabel mulai dipopulerkan sejak pertengahan 1990 saat ia mulai berpikir tentang istilah cacat, kelainan, dan disabilitas sudah tidak lagi sesuai.

Berasal dari kata diffable yang merupakan kepanjangan dari differently abled people, Ia juga merasa bahwa kata ini dapat menggantikan kata disabled, karena sejatinya tidak ada orang yang benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa.

Fakih mencontohkan, misalnya seseorang yang kehilangan kakinya mungkin mempunyai kemampuan yang lebih di bidang tertentu bila dibandingkan dengan orang yang tidak kehilangan kaki. Hubungan antara cacat atau disabilitas dengan kelainan fisik adalah sesuatu yang subjektif.

Asal Mula Istilah Disabilitas

Sementara itu, kata disabilitas sendiri berasal dari bahasa Inggris, disability yang bermakna kehilangan kemampuan. Istilah ini biasanya digabungkan dengan kata penyandang (penyandang disabilitas).

Disabilitas mengacu pada kondisi kecacatan yang dimiliki seseorang, dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang belum memenuhi kebutuhan penyandang. Hal ini tentu menjadi penghambat penyandang disabilitas saat beraktivitas.

Istilah disabilitas kemudian dirasa lebih tepat untuk digunakan dibanding dengan kata cacat. Untuk menghindari berbagai macam penafsiran, pemakaian kata disabilitas lebih disarankan daripada kata cacat.

Apabila di kemudian hari kondisi dan kemampuannya sudah dapat terpenuhi, mereka tidak bisa lagi disebut penyandang disabilitas. Istilah disabilitas juga lebih sering dipakai di dunia internasional. Sebagai kesimpulan, terdapat perbedaan dari kata difabel dan disabilitas. Penggunaan kata disabilitas lebih tepat karena berdada dalam landasan hukum, sedangkan untuk difabel lebih digunakan pada kosa kata sehari-hari. (Irene)

Sumber : klikdokter.com