
Kemenparekraf Perketat Keamanan Gunung Rinjani Usai Insiden Pendaki Asal Brasil
Langkah konkret meliputi pelatihan pemandu, pembentukan rescue center, dan digitalisasi jalur pendakian.
KamiBijak.com, Travel - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan langkah serius dalam meningkatkan sistem keamanan dan pengawasan di jalur pendakian Gunung Rinjani. Tindakan ini dilakukan menyusul insiden tragis yang menewaskan seorang pendaki asal Brasil yang terjatuh saat melakukan pendakian.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin kejadian serupa terulang. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh dilakukan bersama sejumlah pihak terkait, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BASARNAS, serta pemerintah daerah setempat.
“Kami memastikan agar kejadian seperti ini tidak terulang. Ke depannya, pengawasan akan lebih ditingkatkan untuk menjamin kegiatan wisata ekstrem seperti pendakian sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan regulasi yang berlaku,” ujar Hariyanto.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto dalam acara Jumpa Pers Bulanan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf, Jakarta pada Jumat 2 Juli 2025. (Foto : Dok Kumparan)
Langkah konkret yang akan segera diambil meliputi penguatan pengawasan terhadap agen perjalanan, operator tur, dan pemandu wisata. Semua pihak yang terlibat harus memiliki sertifikasi resmi dan mengikuti pelatihan keselamatan secara berkala.
Dalam waktu dekat, Kemenparekraf juga mengusulkan pembentukan rescue center atau pusat penyelamatan di sekitar jalur pendakian Gunung Rinjani. Selain itu, pelatihan intensif akan diberikan kepada porter dan pemandu wisata untuk meningkatkan kemampuan penyelamatan mereka.
Upaya jangka menengah yang disiapkan mencakup penambahan alat komunikasi darurat di pos-pos pendakian, serta peningkatan jumlah alat evakuasi cepat. Kementerian juga merancang program digitalisasi jalur pendakian “Rinjani 360” yang akan menjadi panduan interaktif bagi para pendaki untuk mengenali medan serta risiko yang ada.
Untuk jangka panjang, pemerintah merencanakan pembangunan pos persinggahan tambahan lengkap dengan peralatan keselamatan seperti tandu, tabung oksigen, dan alat pertolongan pertama. Ini bertujuan untuk memberikan respon awal sebelum tim penyelamat profesional tiba di lokasi.
Menurut Hariyanto, pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata selama ini telah menjadi bagian dari program kolaboratif antara Kemenparekraf dengan lembaga lain seperti BASARNAS. Ke depannya, kerja sama ini akan diperluas agar setiap pemandu dan porter memiliki keterampilan dasar dalam penanganan darurat.
Meski belum ada kebijakan atau program baru yang dikeluarkan setelah insiden ini, Kemenparekraf mengacu pada regulasi yang telah ada, yakni Permenparekraf Nomor 4 Tahun 2021. Regulasi tersebut mengatur standar keamanan dan keselamatan dalam operasional wisata berbasis risiko, termasuk wisata alam dan ekstrem seperti pendakian gunung.
Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan keamanan para pendaki dan wisatawan di Gunung Rinjani dan destinasi ekstrem lainnya dapat semakin terjamin. (Restu)
Sumber : Kumparan
Video Terbaru




MOST VIEWED




